Banyak kalangan, terutama dari kalangan pecinta atau penyayang binatang, yang tidak oke dengan acara pertarungan atau persabungan antara ayam-ayam petarung menyebutkan, bahwa pertarungan antar ayam-ayam aduan merupakan salah satu bentuk penyiksaan atau kekejaman pada binatang yang seharusnya sekarang sudah tidak ada lagi diabad modern menyerupai ini.
Menurut pendapat rata-rata orang dari kalangan pecinta binatang tersebut menyebutkan, bahwa kehadiran binatang atau binatang bergotong-royong bukan untuk disiksa, baik dengan jalan diadu atau dengan cara-cara lainnya, namun untuk disayangi atau dicintai, alasannya yakni hewan-hewan tersebut merupakan permata alam nan mempesona serta kehadirannya sesungguhnya melengkapi sampai menyatu dengan keindahan alam ciptaan Tuhan ini.
Apalagi tidak jarang ditemui, binatang yang diadu, sebutlah contohnya ayam petarung, akan menerima luka parah jawaban pertarungan yang diatur insan tersebut. Bahkan tidak sedikit pula ayam petarung yang harus menemui ajalnya secara tragis sehabis mengalami kekalahan dalam pertarungannya!
Malahan dibeberapa tempat, sebut misal salah satunya di pulau Bali, ayam aduan masing-masing telah diberi senjata pemanis yang mengerikan, berupa taji tambahan, yaitu semacam pisau tajam yang terbuat dari besi yang diikatkan pada kaki ayam petarung, sampai jikalau taji besi nan tajam tersebut sempurna mengenai badan lawannya, maka kematianlah yang kemungkinan besar akan dialami lawannya tersebut!
Bukankah ini salah satu bentuk penyiksaan binatang yang teramat kejam pada jaman yang telah sangat modern ini?
Jika kita melihat insiden pertarungan ayam di Bali tersebut dari sudut beling mata para pecinta binantang, mungkin ada benarnya kita menyampaikan hal itu. Persabungan dengan pemanis senjata mematikan tersebut merupakan bentuk kekejaman insan pada binatang atau binatang!
Akan tetapi, jikalau kita melihatnya dari sudut pandang orang-orang yang mengadakan pertarungan bagi jago-jago petarung atau penggemar persabungan tersebut, mungkin akan lain ucapan kita.
Alasan pemakaian taji besi pada hebat petarung, berdasarkan para penggemar persabungan yakni semoga pertarungan menjadi lebih singkat waktunya, sehingga luka yang didapat ayam petarrung tidak banyak atau parah, dan kematian yang didapat ayam yang kalah akan berlangsung dengan cepat tanpa menyisakan kesakitan dalam jangka waktu lama.
Bukankah ini juga merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap binatang dalam sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang pecinta hewan?
Kekejaman yang mungkin disetujui oleh pihak penggemar ayam petarung, yakni membiarkan ayam petarung yang terluka begitu saja tanpa perawatan sama sekali! Atau jikalau tidak kita mengambil insiden persabungan di Bali, tindakan kejam yang mungkin disetujui oleh para penggemar persabungan yakni memakai taji yang tumpul, sehingga jikalau mengenai salah satu ayam aduan, senjata tersebut akan melukai dan tidak cepat mengakibatkan kematian bagi ayam. Artinya, ayam tersebut hanya akan menderita sakit dalam jangka waktu yang lama.
Dengan demikian sanggup ditarik kesimpulan, bahwa bentuk kekejaman terhadap binatang tersebut tergantung dari sudut pandang pribadi masing-masing! Suatu tindakan yang dikatakan kejam oleh satu pihak, belum tentu begitu pula halnya dengan yang dikatakan oleh pihak lain. Dan begitu pula sebaliknya. Semua berpulang dari sudut pandang pribadi masing-masing.
Lalu, kenapa harus ada pertarungan? Lebih jelasnya lagi, kenapa dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan adanya pertarungan antar jago-jago petarung tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersbut tentu saja sulit dan bermacam-macam jawaban yang akan dikemukakan. Yang pasti, semua jawaban tersebut kembali berpulang pada diri pribadi masing-masing. Bahkan sekalipun bagi para penggemar ayam petarung, jawaban atas pertanyaan tersebut akan berpulang pada motivasi dan niat tujuan masing-masing yang tentu berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.