METODE BETERNAK AYAM ADUAN
Beberapa prinsip yg harus dipahami :
1. Tujuan utama teori population genetics yakni untuk melestarikan karakter/sifat-sifat unggul dari indukan (untuk mudahnya kita pake saja istilah "geno-type") , bukan mempertahankan ciri-ciri fisik (feno-type). Dgn kata lain, tujuan teori ini adlh membuat ‘super ‘breeder’.
2. Inbreeding pada prinsipnya yakni upaya menggabungkan sifat-sifat/ huruf 2 individu yang berbeda, baik huruf yang konkret maupun negatif. (Ingat, tidak ada ayam yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding yakni "the best vs the best". Mr. Breemen menggunakan istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg sanggup mendukung "khayalan" kualitas ayam yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya jikalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus teknik bagus, maka cari indukan yg teknik bagus. Kalau kini belum mempunyai atau belum bisa mempunyai indukan yg "ideal", berdasarkan saya tidak perlu khawatir lantaran kualitas indukan sanggup diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, jikalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics??
jawab : Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi menyerupai dijelaskan sebelumnya, tujuan kita yakni jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu ketika akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak ayam2 juara yg terputus generasinya..
3. Cross-breeding yg pertama yakni pada ketika awal memulai ternak dimana indukan berasal dari dua darah (strain) yg berbeda sedangkan cross-breeding yg kedua dilakukan dengan dua tujuan, yaitu apabila kita ingin memproduksi petarung dan untuk memperbaiki kualitas darah yg sudah ada (menambahkan elemen gres atau "additive characteristics" yg sudah ada).
4. Aplikasi teori population genetics menuntut adanya sistem seleksi yg ekstra ketat. Beberapa waktu yg kemudian ada pendapat yg menyampaikan untuk bisa menggunakan sistem inbreeding, maka kita harus menjadi jago "membunuh". Istilah ini bekerjsama hanya untuk memperlihatkan tekanan bahwa anakan yg akan melanjutkan generasi indukan harus diseleksi secara ketat. Pilihlah anak betina yg menyerupai bapaknya dan anak jantan yg menyerupai ibunya. Yang perlu dipahami, pengertian "mirip" disini bukan menyerupai secara fisik, tapi yg lebih penting yakni karakternya (tetapi jikalau secara fisik juga menyerupai ya tidak apa-apa). Di sini lagi-lagi diharapkan "feeling" dan keahlian dalam melaksanakan seleksi. Agar kita bisa melaksanakan seleksi, contohnya untuk mengambil 1 pasang pada setiap generasi kita tetaskan 3 X, kemudian dari situ dilakukan seleksi untuk memilih 1 pasang yg akan melanjutkan huruf moyangnya (ancestors). Semakin banyak pilihan yg akan diseleksi, akan semakin bagus.
5. Hasil inbreeding selalu ditandai dengan ciri-ciri kehilangan vitalitas (ayam hasil inbreeding memperlihatkan tanda-tanda penurunan vitalitas). Prof. Anker bahkan menegaskan bahwa semakin besar hilangnya vitalitas pada ayam hasil in-breeding berarti effek dari inbreeding itu lebih bagus
Ayam hasil inbreeding tidak cocok untuk tarung, tapi hanya cocok untuk menjadi indukan (orang eropa biasanya beli burung bukan untuk dimainkan tapi untuk breeding). Turunanya nanti yang dimainkan.
Vitalitas yang hilang itu akan didapatkan kembali apabila hasil inbreeding di-cross dengan ayam lain. Inbreeding dimaksudkan untuk membangun sifat-sifat yang akan selalu diturunkan kepada turunannya (offspring), sedangkan cross-breeding untuk menambah sifat-sifat/ huruf yang sudah ada menyerupai menambah vitalitas, huruf dan kekuatan.
Dengan in-breeding kita bisa memperbaiki kualitas yang jelek. In-breeding yakni pengurangan variasi atau keragaman. Semakin banyak/sering suatu darah tertentu (strain) dilakukan in-breed maka turunannya akan menyerupai satu sama lain.
Menjodohkan bapak dan anaknya yg cewek atau ibu dengan anaknya yg pemuda lebih efektif akhirnya dari pada menjodohkan abang dengan adiknya (meskipun sama-sama in-breeding tapi tampaknya dampaknya berbeda).