Sabung Ayam Online Piala Dunia 2010: Thomas Mueller, Si Anak Gawang yang Menggebrak
Sabung Ayam Online - Ada sebuah momen yang bisa dianggap menjadi titik balik bagi karier sepak bola Thomas Mueller. Itu terjadi pada Maret 2010 silam, kala beliau disebut ballboy (anak gawang) oleh Diego Armando Maradona.
Ketika itu, Mueller menjadi perwakilan dari pemain Tim Nasional (Timnas) Jerman dalam sebuah konferensi pers jelang langgar persahabatan menghadapi Timnas Argentina di Stadion Allianz Arena. Di Jerman sendiri, nama Mueller sudah menjadi buah bibir, berkat penampilan impresif yang beliau tunjukkan bersama Bayern Muenchen.
Meski usianya masih muda ketika itu, yakni 20 tahun, Mueller sudah sukses menembus tim inti Bayern. Di bawah asuhan Louis van Gaal, Mueller berhasil menorehkan 52 penampilan untuk Die Roten di semua kompetisi, menghasilkan 19 gol dan 16 assist. Sebuah capaian yang apik bagi cowok yang bahkan belum berusia 23 tahun dikala itu.
Sayangnya, capaian mengesankan ini sepertinya belum terdengar jauh. Raihan trofi Bundesliga dan DFB Pokal ketika itu seakan belum cukup, apalagi di ajang Liga Champions, Bayern hanya menjadi runner-up, sesudah kalah dari Inter Milan di partai final. Hal ini menyebabkan namanya, mungkin, tidak terlalu dikenal oleh Maradona.
Maka, menjadi tidak heran ketika Maradona kesudahannya mengusir Mueller secara halus dari ruang konferensi pers ketika itu. Maradona menganggap Mueller yaitu seorang ballboy, mengingat wajahnya yang begitu polos ketika itu.
"Saya tidak akan bicara sampai ballboy itu pergi," bentak Maradona sembari telunjuknya mengarah kepada Mueller ketika itu.
Mueller mengalah. Dia sadar kalau beliau membalasnya dikala itu, hal tersebut tidak akan menuntaskan masalah. Mueller beranjak dari ruang konferensi pers, dan membiarkan Maradona bicara sendiri. Ucapan Maradona seakan menjadi kasatmata ketika dalam langgar uji tanding tersebut, Jerman kalah 0-1 dari Argentina.
Namun, Mueller mempunyai cara yang manis untuk membalas. Masuk skuat Jerman untuk Piala Dunia 2010, beliau seolah diberikan panggung untuk mengenalkan diri kepada dunia.
***
Selama berada di bawah asuhan Van Gaal di animo 2009/2010, Mueller kerap bermain di beberapa posisi. Tidak hanya sebagai penyerang lubang (second striker), Mueller juga kerap menghuni posisi penyerang kiri maupun penyerang kanan.
Meski kerap menempatkan Mueller di beberapa posisi sepanjang animo 2009/2010, Van Gaal tahu betul kualitas yang dimiliki oleh pemain kelahiran Weilheim ini. Posisi boleh berbeda-beda, tapi ada satu kiprah yang tidak berubah. Dia menjalani kiprah ini sepanjang animo 2017/2018 dan sukses melakukannya dengan gemilang. Peran itu disebut raumdeuter, acap ditafsirkan sebagai penafsir ruang.
Di area sepertiga akhir, di manapun posisinya, kiprah dari seorang Mueller hanya menafsirkan ruang. Di antara padatnya pemain-pemain di lini pertahanan lawan, Mueller diberikan kesempatan untuk menakar, dalam ruang yang sempit, bagaimana caranya membobol pertahanan lawan memanfaatkan ruang sempit tersebut.
Hebatnya, Mueller memang mempunyai kemampuan ini. Tidak hanya memiliki, beliau tahu betul bagaimana cara memanfaatkannya. Bagaimana Mueller memanfaatkan kemampuannya ini, bisa dilihat dalam beberapa momen, salah satunya dalam ajang Piala Dunia 2010. Mari mengusut partai 16 besar Piala Dunia 2010, ketika Jerman bersua Inggris.
Pada pertandingan tersebut, Mueller sukses menorehkan 2 gol dan 1 assist, berkontribusi atas kemenangan Jerman dengan skor selesai 4-1. Namun, nilai dari penampilan Mueller dikala itu lebih dari sekadar gol dan assist semata. Ada sebuah sumbangsih besar yang beliau berikan, dan hal itu beliau tunjukkan lewat kemampuannya dalam menafsirkan ruang.
Dalam proses gol kedua Jerman yang dicetak oleh Lukas Podolski, Mueller bisa menafsirkan ruang kosong yang ada di belakang para pemain Inggris dengan apik. Bekerja sama dengan Miroslav Klose, Mueller berlari ke arah kotak penalti Inggris, sebelum kesudahannya menawarkan bola kepada Podolski. Hal yang sama juga terjadi dalam proses gol ketiga dan keempat Jerman dalam langgar tersebut.
Pada proses gol ketiga, beliau bisa membuat ruang bagi dirinya sendiri untuk mencetak gol, usai memanfaatkan umpan Bastian Schweinsteiger. Hal yang sama juga terjadi dalam gol keempat, ketika Mueller tiba-tiba sudah ada di dalam kotak penalti, meneruskam bola sodoran Mesut Oezil menjadi gol.
Di langgar delapan besar melawan Argentina, Mueller kembali memperlihatkan taji. Terlepas dari motivasinya membalas dendam kepada seorang Maradona, beliau memperlihatkan kengerian lain dari kemampuannya dalam menafsirkan ruang. Klose memang bintang dalam langgar tersebut lewat cetakan dua gol, namun Mueller-lah yang menafsirkan ruang-ruang kosong di lini pertahanan Argentina ketika itu.
Jerman menang 4-0 dan berhasil melaju ke babak semifinal. Namun, di semifinal, Mueller harus absen. Dampaknya, Jerman kalah 1-0 atas Spanyol yang kesudahannya menjadi juara. Di langgar perebutan peringkat ketiga menghadapi Uruguay, kehadiran Mueller bisa membawa Jerman menang.
Dari perjalanan Mueller di ajang Piala Dunia 2010 ini, terlihat bahwa kehadirannya di skuat Jerman begitu terasa. Ketiadaannya, bahkan hingga membuat Jerman harus kehilangan daerah di partai final. Kemampuannya menafsirkan ruang ini cukup unik, dan hal inilah yang menjadi mesin bagi Timnas Jerman di Piala Dunia 2010.
***
Sebagai seorang pemain, Mueller mencicipi betul manfaat dari kemampuannya dalam membaca, menafsirkan, bahkan memanfaatkan ruang ini. Hal itu pernah beliau ungkapkan kepada Sueddeustche Zeitung. Karunia ini, baginya, yaitu sesuatu yang luar biasa.
"Terkadang ada logikanya ke mana bola akan bergulir dan mungkin saya mendapat karunia untuk bisa membaca itu (arah bola). Banyak hal yang bisa anda pelajari dengan latihan, tapi kadang anda mempunyai suatu insting, suatu naluri atas ruang. Saya senang punya kemampuan itu," ujar Mueller.
Awalnya mungkin hanya Van Gaal maupun Loew saja yang bisa merasakan. Namun, kini seluruh dunia tahu bahwa pemain berjulukan Thomas Mueller yaitu penafsir ruang yang andal. Jika boleh berterima kasih, Mueller sejatinya tidak hanya pantas berterima kasih kepada Van Gaal dan Loew saja, tapi juga kepada Piala Dunia 2010, serta Maradona yang mengejeknya.
Berkat panggung yang diberikan Piala Dunia 2010, Mueller bisa mendemonstrasikan kemampuan tafsir ruangnya dengan apik. Kemampuan yang tidak hanya membawanya dikenal, tapi juga menjadikannya salah satu dari pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2010 dengan catatan 5 gol dan 3 assist.
Terima kasih juga pada Maradona yang mengejek, sehingga Mueller mempunyai sesuatu untuk dibuktikan, bahwa seorang 'anak gawang' juga bisa menggebrak dunia.