Teknik budidaya ikan patin sesungguhnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu bila berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat orisinil ikan patin. Seiring dengan meningkatnya usul dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun kolam dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memperlihatkan peluang perjuangan bagi setiap orang untuk menekuni perjuangan di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan usul yang demikian meningkat terperinci mustahil mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif. Ikan Patin Raksasa Berat 43 Kg,Panjang 1.3m.Dokumentasi Sriwijaya Post
Model Budi Daya Ikan Patin Peluang perjuangan Budidaya Ikan Patin sanggup dilakukan dalam dua bidang acara yaitu acara pembenihan dan acara pembesaran sebagai ikan konsumsi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk balasannya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya yaitu benih selepas masa pendederan. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan bibit ini cukup mempunyai prospek yang anggun lantaran usul bibit juga cukup besar. Budidaya ikan patin sebagai persediaan bibit ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal sanggup dipercepat. Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan ketika bibit ikan patin mempunyai berat 8-12 gram/ekor, dan sehabis 6 bulan sanggup mencapai 600-700 gram/ekor. Sebagian petani ikan patin memanen sehabis usia 3 hingga 4 bulan lantaran usul pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya. Budi Daya Ikan patin sebagai bibit dan ikan konsumsi mempunyai peluang perjuangan yang sama-sama menguntungkan, tergantung pilihan kita mana yang lebih memungkinkan.
Persyaratan Budidaya Ikan Patin Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan kebijaksanaan daya ikan patin yaitu jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut sanggup menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga sanggup dibentuk pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang sempurna yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak terkontaminasi bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan takaran 0,05 cc/liter).
5. Suhu air yang baik pada ketika penetasan telur menjadi larva di akuarium yaitu antara 26-28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diharapkan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6. PH air berkisar antara: 6,5-7. Teknik Budidaya Ikan Patin A. Pembibitan Ikan Patin Pembibitan Ikan Patin merupakan upaya untuk mendapat bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain.
Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Memilih calon induk siap pijah. Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi kuliner khusus yang mengandung protein tinggi. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan yaitu sebagai berikut :
a. Induk betina Umur tiga tahun. Ukuran 1,5-2 kg. Perut membesar ke arah anus. Perut terasa empuk dan halus bila di raba. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua. Kulit pada penggalan perut lembek dan tipis. kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bulat dan besarnya seragam. b. Induk jantan Umur dua tahun. Ukuran 1,5-2 kg. Kulit perut lembek dan tipis. Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih. Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,Biasanya ikan mas. Hormon perangsang dibentuk dengan memakai kelenjar hipofise ikan mas, kelenjar hipofise sanggup ditemukan pada penggalan otak ikan mas, berwarna putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan pinset. Setelah diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk hingga benar-benar halus dan lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang sanggup dibeli di apotik.
3. Kawin suntik (induce breeding). Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
4. Penetasan telur. Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air higienis dari sumur.
5. Perawatan larva. Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau kolam berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, sanggup dalam ukuran yang lain. Setiap akuarium atau kolam diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan yaitu 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium semoga keperluan oksigen untuk benih sanggup tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air dipakai heater atau sanggup memakai kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan pelengkap dari luar lantaran masih mempunyai cadangan kuliner berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi kuliner pelengkap berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan kuliner hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
6. Pendederan. Benih Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar atau kolam dari semen, lebih anggun pada kolam lumpur lantaran mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.
7. Pemanenan. Benih ikan patin sanggup dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
B. Pemeliharaan Pembesaran Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam aneka macam ukuran, antara lain 200 gram hingga 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan usul pasar. Ada sebagian yang lebih bahagia ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram. Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan ajaran air yang mengalir cukup baik, meski demikian sanggup juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air semoga tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
1. Pemupukan Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan kuliner alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan kuliner alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa dipakai yaitu pupuk sangkar atau pupuk hijau dengan takaran 50-700 gram/m 2.
2. Pemberian Pakan Faktor yang cukup memilih dalam kebijaksanaan daya ikan patin yaitu faktor pemberia makanan. Faktor kuliner yang besar lengan berkuasa terhadap keberhasilan kebijaksanaan daya ikan patin yaitu dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah kuliner yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat tubuh ikan peliharaan. Jumlah kuliner selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat tubuh ikan. Hal ini sanggup diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan referensi yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan yaitu Pelet dan sanggup ditambahkan kuliner alami lainnya menyerupai kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.
3. Penanganan Hama Dan Penyakit Salah satu hambatan dan problem Budi daya ikan patin yaitu hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah saluran masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk bila ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi yaitu penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akhir infeksi biasanya timbul lantaran gangguan organisme patogen. 4. Pemanenan Ikan Patin Pemanenan yaitu ketika yang dinantikan pada kebijaksanaan daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek semoga ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat ketika dipanen. Sayang bila kebijaksanaan daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya lantaran cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan memakai jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Makara bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada penggalan hulu. Pemanenan menyerupai ini menguntungkan lantaran ikan tetap mendapat air yang segar sehingga simpulan hidup ikan sanggup dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, lantaran itu diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000. ( Galeriukm ). (Proyek Pengembangan Ekonomi Ma)
Sumber : http://dkp.kutaikartanegarakab.go.id/berita.php?id=22