CARI DI PENELUSURAN KHUSUS AYAM ADUAN 100% JAWARA JAMINAN MENANG..!!!

Perbanyakan Benih Jahe

Pendahuluan
Menurut para ahli, jahe (zingiber officinale, Rosc.) berasala dari Asia tropik yang tersebar dari India hingga Cina. Oleh lantaran itu, ke-dua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai materi minuman, bumbu masak dan obat-obat tradisional.


Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tumbuhan jahe, ialah akar tongkatnya yang lebih dikenal dengan sebutan rimpang. Jika rimpang tersebut dipotong, nampak warna daging rimpang yang bervariasi, mulai putih kekuningan, kuning atau jingga tergantung pada klonnya. Pada umumnya rasa jahe pedas, lantaran mengandung senyawa gingerol. Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tumbuhan dan agroklimat setempat di mana tumbuhan jahe tumbuh, sedangkan aroma jahe disebabkan oleh adanya minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning dan sedikit kental.
Rimpang jahe mengandung 0,8-3,3 % minyak atsiri dan + 3 % oleoresin, tergantung kepada jahe yang bersangkutan.
Adapun zat-zat yang tergantung di dalam rimpangnya antara lain vitamin A, B dan C, lemak, protein, pati, damar, asam organik, oleoresin, gingerin, zingerol, zingiberin dan feladren.
Salah satu upaya untuk memperoleh rimpang jahe yang tinggi dalam kuantitas dan kualitas ialah dengan pengadaan benih jahe yang tepat, baik dan sehat.

Jenis Jahe

Jahe sanggup dibedakan jenisnya dari aroma, warna, bentuk dan besarnya rimpang. Atas dasar hal tersebut, maka telah dikenal 3 (tiga) klon jahe yaitu sebagai berikut :
  1. Jahe besar (Z. officinale Sp) ;
  2. Tipe klon jahe besar di Jawa Barat dikenal dengan sebutan jahe warak dan jahe gajah, sedangkan di Bengkulu dikenal dengan nama jahe kombongan.
    Sesuai dengan sebutannya, jahe besar memang mempunyai rimpang lebih besar dibandingkan ke-dua klon lainnya. Berwarna kuning atau kuning muda, seratnya sedikit dan lembut. Aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas. Jahe ini mengandung minyak atsiri 0,82-1,68 % dihitung atas dasar berat kering. Penggunaan untuk rempah-rempah, minuman dan makanan.
  3. Jahe kecil (Z. officinale Var. Amarum) ;
  4. Rimpang jahe kecil lebih besar daripada jahe merah, akan tetapi lebih kecil daripada jahe besar. Bentuk agak pipih, berwarna putih, seratnya lembut dan aromanya tidak tajam. Jahe ini mengandung minyak atsiri 1,5-3,3 % dari berat ringannya. Jahe kecil digunakan sebagai materi baku minuman, rempah-rempah dan penyedap makanan. Di samping jahe kecil, namun masih tetap dalam satu klon ialah jahe kuning yang sering disebut jahe emprit.
  5. Jahe merah (Z. officinale Var. Rubrum) ;
  6. Tipe klon jahe merah sering disebut jahe sunti. Rimpangnya paling kecil dibandingkan ke-dua klon lainnya, berwarna merah hingga jingga muda dan seratnya kasar, aroma tajam dan rasanya sangat pedas. Oleh lantaran itu, harga jahe merah ini paling mahal bila dibandingkan jahe lainnya. Kandungan minyak atsiri 2,58-2,72 % dihitung atas dasar berat kering. Penggunaannya lebih banyak untuk industri obat-obatan.  
Persyaratan Yang Harus Dipenuhi
Perbanyakan benih jahe dari keluarga zingiberaceae pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, dengan menggunakan potongan-potongan rimpangnya. Secara sepintas cukup gampang mendapat bibit jahe, lantaran di Pasar kecil pun sanggup diperoleh. Meskipun demikian, mengingat nilai hemat jahe terletak pada rimpang-rimpangnya, maka dihentikan gegabah dalam menentukan bibit. Persyaratan penting yang perlu dipenuhi oleh setiap Penangkar/ Petugas Benih/ Petani bila hasil rimpangnya akan dijadikan benih diantaranya sebagai berikut :

  1. Varietas terang ;
    Varietas jahe yang akan diperbanyak terlebih dahulu ditetapkan sesuai tujuan produksi. Tanaman jahe yang bertujuan untuk memproduksi rimpang segar, maka varietas jahe besar lebih sesuai dibandingkan dua varietas lainnya, sedangkan untuk menciptakan rempah-rempah dan minyak atsiri diutamakan varietas jahe merah.
  2. Umur cukup ;
    1. Bahan bibit diambil eksklusif dari Kebun (bukan dari Pasar jahe konsumsi)
    2. Dipilih materi bibit dari tumbuhan yang sudah renta (berumur 9-10 tahun).
    3. Kandungan seratnya tinggi dan kasar, warna kulit mengkilap, menampakkan tanda bertunas serta dipilih pula dari tumbuhan yang sehat, tidak terluka atau lecet.
  3. Bebas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ;
    Rimpang yang akan digunakan untuk benih harus bebas dari OPT, ibarat :
    1. Bakteri pseudimonas solanacearum, menimbulkan penyakit layu lantaran menyerang rimpang dan titik tumbuh. Untuk memusnahkan kuman yang masih berada di luar kulit, digunakan bakterisida sebelum rimpang di tanam;
    2. Jamur rhizoctonia solani, menimbulkan penyakit layu, menyerang tumbuhan di lapangan terutama pada trend penghujan. Untuk mengatasi serangan jamur sanggup dilakukan penyemprotan secara rutin dengan fungisida ibarat cobox dan difolatan;
    3. Hama lalat rimpang mimegralla coerukitrons dan eumerus figurans, tumbuhan jahe mulai diserang hama ini sehabis berumur 5 bulan. Serangan berat menimbulkan tumbuhan layu dan kering, bibit rimpang rusak, sehingga rimpang terlihat utuh tetapi didalamnya lapuk ibarat gumpalan tanah.
  4. Ukuran bersyarat dan kebutuhan benih ;
    Ukuran bibit stek rimpang sedikitnya mempunyai 3 mata tunas, panjang 3-7 Cm dan berat 25-80 Gram tiap potongnya. Sedangkan, kebutuhan bibit per hektar antara 1-3 Ton jahe segar dan kebutuhan tersebut tergantung pada ukuran bibit klon yang digunakan dan jarak tanam yang dipergunakan.
  5. Sortasi, penyimpanan dan pengujian ;
    Untuk mendapat benih yang baik diharapkan beberapa tahap perlakukan pada rimpang yang gres di panen, yaitu sebagai berikut :
    1. Sortasi ;
      Setelah tumbuhan jahe di panen, segera rimpangnya dibersihkan dari tanah maupun kotoran lainnya yang melekat, kemudian rimpang-rimpang yang sudah higienis itu ditebar dan dikeringanginkan pada lantai jemur selama 4-6 hari, minimal 4 jam per hari dan sehabis itu gres dilakukan sortasi.
      Dasar sortasi ialah penampilan atau bentuk serta ukuran dan warna bibit. Ketika tahap ini dilakukan tidak satu pun rimpang yang tunasnya telah tumbuh. Setelah sortasi didapatkan tiga ukuran rimpang yaitu besar, sedang dan kecil. Juga kondisi rimpang tidak lecet atau memar, higienis dan bebas dari hama dan penyakit. Tujuan sortasi di samping mendapat jaminan kepastian mutu bibit juga keaslian maupun keseragaman.
    2. Penyimpanan ;
      Setelah bibit di sortasi, selanjutnya dilakukan penyimpanan. Sebaliknya di cari daerah yang teduh namun kering dan tidak eksklusif kena sinar matahari guna menyimpan bibit tadi. Cara penyimpanan cukup dengan ditumpuk tapi tetap memperhatikan sirkulasi udara. Penumpukan yang terlalu tebal justru akan merangsang tumbuhnya cendawan.
    3. Pengujian ;
      Perlakuan terakhir ialah pengujian, yang pada umumnya jarang atau tidak pernah dilaksanakan padahal sangat menentukan. Dasar pengujian memperhatikan dua hal yaitu kesehatan bibit dan daya tumbuhnya.
      Bibit yang sehat ialah bibit yang tidak menunjukkan tanda-tanda berlendir atau membusuk dan tidak pula terdapat bercak-bercak baik pada kulit rimpang maupun pada penggalan dalamnya.
      Pengujian daya tumbuh dilaksanakan dengan pengambilan sampling bibit, kemudian di tanam pada media yang telah disiapkan.Apabila daya tumbuhnya minimal 85 % di mana tunas telah mengeluarkan daun pertama, berarti telah lolos dari tahap pengujian.
  6. Penanaman untuk benih ;
    Untuk memproduksi benih yang bermutu diusahakan di suatu daerah yang mempunyai keadaan lingkungan (air, tanah dan keamanan) yang mendukung keberhasilan perbenihan. Pertanaman tersebut memerlukan :
    1. Pengolahan tanah dan pemupukan yang tepat, pupuk sangkar 20-25 Ton/ Ha + TSP 200 Kg/ Ha + KCL 60-100 Kg/ Ha;
    2. Pupuk susulan pertama dilakukan pada umur 40-60 HST, di mana diberikan Urea 65-100 Kg/ Ha + KCL 60-100 Kg/ Ha;
    3. Pupuk susulan ke-dua dilakukan pada umur 3 bulan HST, di mana diberikan Urea 65-100 Kg/ Ha;
    4. Penyiraman dilaksanakan pada waktu air tidak mencukupi (tidak turun hujan);
    5. Pemeliharaan dari gangguan OPT;
    6. Penggunaan materi tumbuhan yang tidak tercampur kotoran/ varietas lain.
  7. Persemaian sementara ;
    Kegiatan terakhir dalam penanganan benih jahe ialah seleksi benih di persemaian. Semua rimpang benih ditunaskan dahulu dalam persemaian atau daerah yang memenuhi persyaratan untuk memacu pertumbuhan mata tunas. Tempat penunasan harus higienis dan sehat kondisinya dan selalu tersedia air setiap ketika untuk penyiraman.
    Salah satu cara menunaskan rimpang ialah menggunakan alang-alang dan jerami kering, dengan cara :
    1. Rimpang disusun berlapis-lapis di antara jerami maksimal 5 lapis;
    2. Penyiraman berdasarkan kebutuhan serta dijaga semoga persemaian tetap basah;
    3. Penunasan dianggap cukup bila semua/ sebagian besar tunas sudah tumbuh 1-2 cm;
    4. Rimpang dipotong-potong dengan pisau sesuai ukuran dengan jumlah mata tunas paling sedikit dua;
    5. Benih terpilih direndam dalam larutan agrymicin 0,1 % selama + 10 jam dan dikeringanginkan + 6-10 jam, kemudian ditaburi bubuk dapur untuk melindungi bekas sayatan pisau dari cuaca dan Organisme Penggangu Tanaman.

Subscribe to receive free email updates: