Temulawak (Curcuma xantorrhiza) merupakan tumbuhan obat yang di tempat Jawa Barat disebut koneng gede, di Madura temu lobak. Tumbuhan temulawak banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan dan ditanam juga di kebun-kebun atau pekarangan. Umbi temulawak dikenal sebagai obat, sedangkan akarnya yang renta mengandung minyak, cabang akarnya sanggup dipakai untuk masakan belum dewasa yang mudahdicerna.
Morfologi
Temulawak termasuk tumbuhan Terne berbatang semu yang tumbuh merumpun, habitusnya sanggup mencapai 2-2,5 m, tiap rumpun terdiri atas beberapa anakan (3-9), tiap tumbuhan mempunyai 2-9 helai daun. Daunnya berbentuk panjang agak lebar, lamina dan ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun 50-55 cm, lebar ± 18 cm, tiap helai daun menempel pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur, berbunga sepanjang tahun dengan warna kuning pangkal berwarna ungu, warna rimpang kuning dengan akar serabut.
Syarat Tumbuh
Iklim
Tumbuh baik di lahan-lahan yang teduh terlindung dari sinar matahari, namun mempunyai pembiasaan yang tinggi terhadap banyak sekali cuaca di tempat tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya temulawak antara 19-30°C.
Curah hujan yang diharapkan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Media tanam
Perakaran temulawak sanggup menyesuaikan diri dengan baik pada banyak sekali jenis tanah. Namun untuk memproduksi rimpang yang optimal diharapkan tanah yang subur, gembur, drainase baik. Tanah liat berpasir yang paling ideal. Pemberian pupuk organik dan anorganik diharapkan untuk memberi unsur hara yang cukup.
Ketinggian Tempat
Temu lawak sanggup tumbuh pada ketinggian tempat 5 - 1.000 m dpl, ketinggian optimum 750 m dpl, kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tumbuhan pada ketinggian 240 m dpl.
Pedoman Budidaya
Pembibitan
Perbanyakan tumbuhan dilakukan memakai rimpang-rimpangnya baik rimpang induk maupun rimpang anakan. Keperluan rimpang induk 1.500- 2.000 kg/Ha dan rimpang anakan 500-700 kg/Ha. Rimpang untuk bibit diambil dari tumbuhan renta sehat umur 10-12 bulan. Untuk rimpang induk dibelah menjadi 4 penggalan yang mengandung 2-3 mata tunas dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari, sehabis itu ditanam. Sedangkan rimpang anak yang gres diambil, simpan di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan hingga keluar tunas baru, atau rimpang cabang ditimbun tanah disiram rutin pagi dan sore hingga keluar tunas gres segera dipotong dengan mata tunas 2-3 mata tunas. Bibit dari rimpang induk lebih baik dari pada rimpang anak.
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan dilakukan sebaiknya 30 hari sebelum tanam, lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam 30 cm, dibentuk bedengan lebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm, Di atas bedengan dibentuk lubang tanam ukuran 30 x 30 x 60 cm diberi pupuk sangkar 1-2 kg, SP-36 100kg/Ha dengan jarak tanam dan kedalaman 60 x 60 cm.
Teknik Penanaman
Penanaman pada awal isu terkini hujan. Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang dengan mata tunas menghadap ke atas, timbun dengan tanah sedalam 10 cm.
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman, tumbuhan yang mati/rusak diganti oleh bibit yang sehat.
Penyiangan, dilakukan pagi/sore membuang rumput liar, dilakukan pada 2 bulan dan 4 bulan sehabis tanam bersamaan dengan pemupukan. Pengairan, dilakukan pada fase awal pertumbuhan, dengan cara dileb atau disiram memakai alat, berikutnya tergantung kondisi tanah dan cuaca.
Pembumbunan, dilakukan secara rutin sehabis pemupukan.
Pemupukan susulan I diberikan ketika tumbuhan berumur2 bulan pupuk sangkar 0,5 kg/tanaman atau sekitar 10 ton/hektar, pupuk urea 95 kg/Ha dan KCL takaran masing-masing 40 kg/Ha disebarkan merata dalam larikan jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Pemulsaan, dengan jerami dilakukan awal isu terkini tanam.
Hama Dan Penyakit
Hama
Hama yang lebih banyak didominasi pada temulawak, antara lain:
1. Ulat jengkal (Chrysodeixism chalcites esp.)
2. Ulat tanah (Agrotisypsilon hufn.) dan
3. Latar rimpang (Mimegrala coerulenfrons macquart).
Pengendalian; memakai pestisida ramah lingkungan
Penyakit
1. Jamur Fusarium
Penyebab:
F. oxysporum schlechtdanPhytium sp. serta bakteriPseudomonas sp. Menyerang perakaran dan rimpang di kebun atau sehabis panen. Gejala:
Fusariummenyebabkan amis akar rimpang dengan tanda-tanda daun menguning, layu, pucuk mengering dan tumbuhan mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman penggalan tengah membusuk. JamurPhytium sp. menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat keseluruhan tumbuhan menjadi busuk.
Pengendalian:
Melakukan bergiliran tumbuhan yakni sehabis panen tidak menanam tumbuhan yang berasal dari keluarga Zingiberaceae.
2. Penyakit Layu
Penyebab: Pseudomonas sp.
Gejala:
Menguningnya daun, pangkal batang berair dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir.
Pengendalian:
Dengan pergiliran tanaman.
Gulma
Gulma kebun antara lain : rumput teki, alang-alang, ageratum dan gulma berdaun lebar lainnya.
Panen
Rimpang dipanen telah berumur 9-10 bulan. Dengan ciri mempunyai daun-daun dan penggalan tumbuhan yang telah menguning dan mengering, mempunyai rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara tanah di sekitar rumpun diangkat bersama akar dan rimpang.